Jacob Ereste :Nostalgia Dua Sahabat Prof. Naniek Widayati Ir., M.T., Dr., Dr., Bersama Eko Sriyanto Galgendu Pada Acara Makan Siang

Kosongsatunews.com

Seperti umumnya orang kebanyakan yang telah lama tak jumpa, Eko Sriyanto Galgendu special diundang acara makan siang bersama Prof. Ir., M.T., Dr., Dr., Naniek Widayati dosen tetap Universitas Tarumanegera dari Bidang ilmu Konservasi arsitektur (Bangunan dan Kawasan). Dua gelar doktor berjajar dibelakang nama kerabat Mangkunegaran Solo ini, bukan salah ketik, kerena Sekretaris Jendral Forum Silaturrachmi Kraton Nusantara ini memang menekuni soal arkeologi dan meraih gelar doctor dari Universitas Gajah Mada Yogyakarta, pada 10-08-2002. Sedangkan untuk gelar dari program studynya di Teknik Arsitektur digaetnya dari Universitas Indonesia pada 26-01-2015

Karna itu dia pun tak salah jika dia mengaku peminat Konservasi Arsitektur (Bangunan dan Kawasan), Budaya Karaton se Nusantara. Dan hasil penelitiannya pun seabrek, mulai dari Konservasi dan Revitalisasi Kompleks Rumah Tuan Kuase Jl. Kemuning/ Jl. Gegedek Tanjung Pandan, Belitung hingga Rumah Mayor China di Jakarta dan Rumah Saudagar Batik di Laweyan Surakarta di Kampung Asal tempat dia dibesarkan. Tentu saja yang tidak kalah menarik adalah hasil kajiannya tentang Peraturan yang Berkaitan dengan Revitalisasi Baluwerti Kasunanan Surakarta. Hingga Identifikasi Kerusakan Pasca Kebakaran Vihara Dharma Bhakti Jin De Yuan.

Kawasan Laweyan di Solo memang sudah dikenal sejak zaman kerajaan yang memiliki karakter sangat spesifik seperti kota lainnya di dunia. Secara fisik kawasan Laweyan berupa kantong (enclave) dengan tiga lapisan jalan utama, jalan lingkungan dan gang kecil (alley) yang dihuni para saudagar batik dan perusahaan berusaha industri batik rumahan dengan kedudukan yang terbilang tinggi dalam strata masyarakat Surakarta, juga bukan abdi dalam karaton, sehingga tidak mempunyai kewajiban mengikuti tatanan kehidupan kaum bangsawan termasuk dalam bentuk bangunan rumah tinggalnya. Setidaknya, dari Laweyang banyak lahir tokoh nasional

Setidaknya ada dokter Samanhudi sebahai tokoh pergerakan kaliber nasional, sehingga Krinina Akbar Tanjung pun mendirikan museum Samanhudi yang tercatat sebagai perjuangan dan tokoh pendiri bangsa.Karena peran besar Samanhudi dalam panggung pergerakan nasional patut dikenang. Museum Samanhudi terletak di Jalan Tiga Negeri Kampoeng Laweyan Solo ini diisi sejumlah dokumen yang menceritakan tentang kehidupan KH Samanhudi, terutama kisah dan perjuangannya hingga masa tua. Sejumlah gambar atau foto Samanhudi dengan tokoh pergerakan nasional terpajang di dalamnya. Bahkan ada tulisan yang menarasikan peran Samanhudi dalam mendirikan Serikat Dagang Islam yang kemudian berganti menjadi Serikat Islam.

Prof. Naniek, ujar Eko Sriyanto Galgendu adalag sahabat lamanya yang benyak berperan dan membantu dalam banyak hak yang berkaitan dengan masalah budaya serta laku spiritual yang ditekuninya sejak sama-sama bermukim di Solo beberapa tahun silam. Meski keduanya kemudian sama-sama bermukim di Jakarta, toh kesibukan masing-masing menjadi semakin langka untuk dipertemukan, jika tidak diranakan dengan baik.

Acara makan siang bersama pada Rabu, 12 Januari 2022 di Kawasan Gajah Mada Jakarta berlangsung asyik dan santai, sesekali diseling cerita nostalgia diseputar Kraton Solo, termasuk kedekatan masing-masing dengan kerabat Kasunanan maupun dari Kraton Mangkunegaran. Obrolan santai ini mendedahkan ikhwal kedekatan serta keakraban masing-masing pihak dengan lingkungan dan keluarga Kraton yang pernah menjadi pusat pemerintahanan maupun kebudayaan di pada masa lampau.

Naniek Widayati Priyomarsono, yang aktif dalam berbagai organisasi, pengabdian masyarakat, dan penelitian, banyak berperan dalam merumuskan kebijakan publik dan rekayasa sosial sehingga memperoleh penghargaan baik dari pemerintah, asosiasi, maupun institusi lainnya resmi menyandang gelar sebagai Guru Besar Ilmu Arsitektur dalam sidang Terbuka Senat Universitas Tarumanagara pada 23 September 2021. Tanda Kehormatan Satyalancana Karya Satya 20 tahun diterimanya dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tahun 2009, dan Tanda Kehormatan Satyalancana Karya Satya 30 tahun dari Presiden Joko Widodo pada tahun 2016.

Begitulah sepenggal nostalgia dua sahabat yang asyik menelusuri jalan kebudayaan, hingga masing-masing tersesat di persimpangan jalan sufi, sementara yang lain berselancar di jalan akademik yang kelak pasti akan melahirkan pelaku-pelaku spiritual, sedangkan yang menjadi pembimbing utama dalam napak tilas sejarah masa lampau yang tak mungkin dilupakan.

Sebab kemarin dan esok adalah hari ini, kata penyair besar Indonesia Wahyu Sulaiman Rendra yang juga kelahiran Solo itu. Bencana dan keberuntungan// sama saja. // Langit di luar// Langit di badan//
Bersatu dalam jiwa. Karenanya ada yang memahami bahwa kemarin adalah sebuah cerita, hari ini adalah hidup, esok adalah harapan. Waktu terus berjalan dan selalu sama jumlah jamnya dari hari demi hari, walaupun ada kalanya terasa sangat lambat untuk sesuatu pekerjaan yang membosankan, dan akan terasa sangat cepat pada saat semua terasa menyenangkan dan pada saat kita harus mengerjakan sesuatu pekerjaan yang penting dan mendesak. Terkadang kita melewatkan hari begitu saja tanpa menghasilkan sesuatu yang baik dan berguna bagi kehidupan kita. Agaknya, begitulah sejarah dalam seni arsitektur kita yang ditekuni Profesor Naniek Widayati. ***

Jakarta, 12 Januari 2022

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *