KENDARI, KOSONGSATUNEWS.com,—— Etos filosofi perantau Bugis adalah “Sipakedde (Saling Menolong), Sipakainge (Saling Mengingatkan), Sipakatau (Saling Menghargai).
Itulah yang dipegang teguh para Passompe (perantau,red) asal Bugis-Makassar, terutama marga Appona ‘Nene Mallomo’ Ditanah Rantau.
Sebutan Appona Nene Mallomo, merupakan ikon keturunan Seorang Cendekiawan hebat milik masyarakat Kabupaten Sidenreng Rappang dengan prinsip “Resopa Temmangingi Nalomo Naletei Pammase Dewatae” (Dengan kerja keras dan gigih sehingga apa yang dicita-citakan dan diinginkannya bisa terwujud melalui ijin sang pencipta).
Hampir dikatakan, filosofi To Ogi (orang Bugis,red) dalam mengangkat budaya asal ditanah rantau selalu melekat “Siwewai Padanna Rupa Tau” (Saling menolong meski dalam kondisi keadaan apapun).
Seperti halnya, bahwa orang bugis adalah perantau, mungkin semua orang sudah tahu.
Hampir seluruh wilayah di Indonesia, ada perantau Bugis Sulsel.
Namun, jika pertanyaanya adalah “apakah yang membuat orang Bugis doyan merantau?” dan “kenapa orang bugis banyak sukses di tanah rantau?” penulis yakin tidak semua orang akan mampu mengurainya.
Seperti, Bugis Sidenreng (orang asal Sidrap,red) menyebutkan bahwa budaya etos kerja orang Bugis sangat tinggi karena orang Bugis sangat kompleks kebutuhan hidupnya sehingga hanya satu prinsip harus sukses ditanah orang.
Seperti kehadiran komunitas KeBugis (Kerukunan Bugis Sidrap) di Kendari Sulawesi Tenggara misalnya masih mengedepankan “Assisumpengen” atau persaudaraan tiada batasnya.
Meski keberadaan pembentukan pengurusnya baru seumur jagung, namun tak disangka, rupanya sebagian besar banyak yang sukses dan jadi saudagar, pengusaha. Dan bahkan ada yang menjadi pejabat tinggi Pemerintah maupun Swasta di daerah itu.
Dan itu semua, keberadaannya sudah merata dan menyebar di wilayah Sultra sebagai penduduk setempat.
Penulis sedikit menceritakan kehidupan marga Bugis asal Bumi Nene Mallomo di wilayah Kota Kendari Sulawesi Tenggara.
Saat menghadiri Hari Pers Nasional (HPN) tahun 2022 yang jatuh setiap tanggal 09 Februari dipusatkan di Kota Kendari, penulis memanfaatkan bersilahturahmi bersua dengan “To Sikampongngnge” (Sesama Sekampung Asal,red) selama waktu 3 hari road tour HPN di Kendari.
Dengan menelusuri banyak kehidupan warga Sidrap di kota tersebut, banyak pengalaman didapat disana.
Tercatat warga asal Bumi Nene Mallomo yang merantau disana terbilang banyak. Hampir ribuan orang sudah menetap sebagai warga pribumi.
Namun, banyak warga Sidrap Sulsel yang tidak tahu soal keberadaan warna warni kehidupan warga asal Kabupaten Sidrap di tanah rantau di Kendari tersebut.
Status sosialnya pun, terbilang mumpuni semua. Sebut misalnya H.Zulkarnain Kadir, H.Amir Ali, H.Rahman Baco, H. Ali dan Andi Aulia A.Djusman.
Mereka semua merupakan tokoh pendiri pengurus KeBugis di Sultra. H.Zulkarnain H.Kadir misalnya merupakan Walikota Kendari dan putra asli asal Desa Teteaji kecamatan Tellu Limpoe Sidrap.
Sedangkan H.Amir Ali,SE yang juga saat ini menjabat Ketua pertama KeBugis kota Kendari.
H.Amir Ali pula merupakan pejabat Kepala Wilayah PT. Bank BRI Persero wilayah Kota Kolaka, Kabupaten Kolaka Utara dan Kolaka Timur serta Konawe.
Beliau (H.Amir Ali) merupakan putra asli kelahiran Desa Carawali Manisa kecamatan Watang Pulu.
Sedangkan, H.Rahman Baco, adalah putra kelahiran Baranti kecamatan Baranti yang kini menjabat sebagai Kepala Kantor Agraria ATR/BPN Kota Buton (Wakil Ketua KeBugis Kendari) serta Andi Aulia Djusman,SH,MKn, yang kini menduduki posisi Sekertaris KeBugis kota Kendari.
Andi Aulia Djusman merupakan putra kelahiran Pangkajene, kecamatan Maritengngae, Sidrap.
Ia kini beraktifitas sebagai Notaris kota Kendari.
Begitupula H.Ali yang kini menjabat Anggota DPRD Sultra merupakan ketua paguyuban Bugis Parepare di Kota Kendari dan pengurus KKSS (Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan).
Beliau merupakan putra asal Tanru Tedong kecamatan Dua Pitue, Sidrap.
Berbicara soal “Siampea” dalam filosofi Bugis-Makassar (saling menolong sesama Sikampong,red) rombongan peserta HPN PWI Sidrap-Enrekang yang berjumlah 13 orang sangat menikmati beragam jamuan fasilitas selama berada di Kota Kendari.
Pengondisian para rekan-rekan jurnalis oleh pengurus KeBugis terasa kental dan puas atas segala pelayanan dan segala fasilitas yang ada, mulai penginapan, konsumsi hingga penyebrangan jalur laut didapatkan.
RASA RINDU KAMPUNG HALAMAN TEROBATI
Kehadiran sejumlah pengurus Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Sidrap-Enrekang menghadiri puncak acara Hari Pers Nasional (HPN) di kota Kendari, rupanya menyimpan kenangan dan kesan mendalam akan kehadiran penulis dan pengurus PWI lainnya di kota Kendari.
Usai menghadiri acara puncak HPN tersebut, pengurus PWI Sidrap-Enrekang dijamu makan bareng oleh putra Sidrap yang tergabung dalam Keluarga Bugis Sidenreng Rappang Kendari tersebut.
Sekretaris Kebugis Kendari, Andi Aulia bersama Pengelola Warkop 19 Aras yang kerap disapa Daeng Oma duduk bersama pengurus PWI Sidrap-Enrekang menikmati aroma kopi khas kota Kendari.
Warkop 19 terletak di Jalan Supu Yusuf, Kelurahan Korumba, Kecamatan Mandonga, Kota Kendari.
Mereka bercengkrama satu sama lain. Kemudian mengobrol tentang masa-masa perantauan hingga akhirnya bisa punya usaha sendiri di kota Lulo ini.
Benar-benar kerinduan akan kampung halaman kontras dirasakan bagi mereka yang sudah bertahun-tahun hingga berpuluh-puluh tahun menetap di Sultra.
Ketua PWI Sidrap-Enrekang, H. Purmadi Muin,SH yang memimpin rombongan mengaku bersyukur atas jamuan dan segala fasilitas yang dirasakan Rombongan selama berada di kota Kendari.
Begitupula, kepulangan hingga penyebrangan lewat pelabuhan Kolaka-Bajoe Bone juga dinikmati.
“Yah, kita tahulah kalau inilah sifat asli sesama perantau orang Bugis Sidrap di kampungnya orang pasti saling mencari. Seperti inilah, kami bertemu pengurus Kebugis Kendari dan saling bercengkrama. Rasa rindu mereka sesama perantau terobati setelah kehadiran kami menyapa mereka semua,” ucap H.Ady Sanjaya sapaan akrab Purmadi yang juga Wartawan Harian Berita Kota Makassar.
Senada juga diucapkan Sekretaris Kebugis Kendari, Andi Aulia Djusman. Dia berharap lewat wadah KeBugis, hubungan baik silaturahmi antara sesama perantau Bugis terus ditingkatkan.
Dia mengatakan, pengurus kebugis Kendari baru-baru dibentuk dan diketuai oleh H. Amir Ali, SE.
Saat ini sementara masih menyusun struktur organisasi dan rencana pelantikan menunggu jadwal selanjutnya dari pengurus Kebugis Provinsi maupun pengurus Pusat.
“Insyaallah, keberadaan kami ini akan mengakomodir warga Sidrap, baik pendatang maupun perantau. Kita harap pada pengukuhan nanti ini kehadiran Bupati Sidrap H.Dollah Mando sangat diharapkan bersua dan bersilaturahmi dengan marganya di Sultra, dan khususnya kota Kendari,”ungkap Andi Aulia.
WALIKOTA KENDARI TITIP PESAN MORIL
Sifat merantau oleh suku Bugis adalah pedagang, saudagar, pengusaha, atau nama apa pun
semacam itu dan perantau adalah ciri yang melekat pada
kebanyakan orang Bugis dan Makassar, atau suku- suku lain
yang ada di Sulsel.
Di hampir semua provinsi di Nusantara ini bisa dipastikan ada
orang asal Sulsel di situ dengan pekerjaan utama pedagang
atau pengusaha dan ataupun pejabat pemerintah maupun swasta.
Sejak zaman dahulu, orang Bugis memang sudah kental
dengan sifat perantau. Di perantauan, mereka terkenal
punya prinsip “Sipakalebbi, Sipakainge, Sipatokkong” (Saling menghargai sesama, saling nengingatkan, dan saling membantu dan menolong sesama meski bukan satu Ras,red).
Dalam sejarahnya, sejak dulu hingga sekarang, jiwa berdagang biasanya selalu melekat dalam diri perantau Bugis Makassar ditanah rantau.
Begitu masuk dan menetap di suatu daerah, mereka langsung menguasai pasar.
Menguasai dalam arti berdagang. Biasanya dari berdagang
di pasar, mereka kemudian berdagang hasil bumi, bahkan
membeli tanah dan bertani atau berkebun. Setelah itu
mereka mulai ke usaha lain-lain.
Dikesempatan waktu yang sangat terbatas itu, rombongan PWI Sidrap-Enrekang memanfaatkan bersilahturahmi dengan Walikota H.Zulkarnaen Kadir dan berdialog dengan awak media.
Saat menjamu makan malam para awak Media, H.Zulknain Kadir menggambarkan kondisi pembangunan di kota Kendari yang sudah sangat mencolok pembangunan infrastruktur, mulai sarana peningkatan pemukiman bertaraf Kota Berkembang, sektor Pendidikan maupun sektor Keagamaan.
“Intinya, pembangunan itu tiada Finisnya, selalu saja ada kita gagas dalam peningkatan sektor infrastruktur, pendidikan maupun keagamaan. Yang jelas, sebagai pemerintah, kewajiban kita adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh, agar ekonomi kita pula yang sempat terpuruk akibat pandemi Covid-19 kembali bangkit lagi,”ungkap Walikota Kendari disambut antusias para awak yang hadir memenuhi undangan pribadi H.Zulkarnain di Restauran Surya Kota Kendari.
H. Zulkarnaen yang tidak lama lagi mengakhiri masa jabatannya sebagai Walikota pada Tanggal 9 Oktober 2022 mendatang, menitip pesan moril terhadap filosofi Bugis-Makassar yakni Satu hal yang membuat orang Bugis bisa diterima di mana-mana dalam perantauan adalah semboyan “Dimana Tanah Dipijak, maka Disitulah Langit Dijunjung Tinggi”. (*)
KENDARI, — Etos filosofi perantau Bugis adalah “Sipakedde (Saling Menolong), Sipakainge (Saling Mengingatkan), Sipakatau (Saling Menghargai).
Itulah yang dipegang teguh para Passompe (perantau,red) asal Bugis-Makassar, terutama marga Appona ‘Nene Mallomo’ Ditanah Rantau.
Sebutan Appona Nene Mallomo, merupakan ikon keturunan Seorang Cendekiawan hebat milik masyarakat Kabupaten Sidenreng Rappang dengan prinsip “Resopa Temmangingi Nalomo Naletei Pammase Dewatae” (Dengan kerja keras dan gigih sehingga apa yang dicita-citakan dan diinginkannya bisa terwujud melalui ijin sang pencipta).
Hampir dikatakan, filosofi To Ogi (orang Bugis,red) dalam mengangkat budaya asal ditanah rantau selalu melekat “Siwewai Padanna Rupa Tau” (Saling menolong meski dalam kondisi keadaan apapun).
Seperti halnya, bahwa orang bugis adalah perantau, mungkin semua orang sudah tahu.
Hampir seluruh wilayah di Indonesia, ada perantau Bugis Sulsel.
Namun, jika pertanyaanya adalah “apakah yang membuat orang Bugis doyan merantau?” dan “kenapa orang bugis banyak sukses di tanah rantau?” penulis yakin tidak semua orang akan mampu mengurainya.
Seperti, Bugis Sidenreng (orang asal Sidrap,red) menyebutkan bahwa budaya etos kerja orang Bugis sangat tinggi karena orang Bugis sangat kompleks kebutuhan hidupnya sehingga hanya satu prinsip harus sukses ditanah orang.
Seperti kehadiran komunitas KeBugis (Kerukunan Bugis Sidrap) di Kendari Sulawesi Tenggara misalnya masih mengedepankan “Assisumpengen” atau persaudaraan tiada batasnya.
Meski keberadaan pembentukan pengurusnya baru seumur jagung, namun tak disangka, rupanya sebagian besar banyak yang sukses dan jadi saudagar, pengusaha. Dan bahkan ada yang menjadi pejabat tinggi Pemerintah maupun Swasta di daerah itu.
Dan itu semua, keberadaannya sudah merata dan menyebar di wilayah Sultra sebagai penduduk setempat.
Penulis sedikit menceritakan kehidupan marga Bugis asal Bumi Nene Mallomo di wilayah Kota Kendari Sulawesi Tenggara.
Saat menghadiri Hari Pers Nasional (HPN) tahun 2022 yang jatuh setiap tanggal 09 Februari dipusatkan di Kota Kendari, penulis memanfaatkan bersilahturahmi bersua dengan “To Sikampongngnge” (Sesama Sekampung Asal,red) selama waktu 3 hari road tour HPN di Kendari.
Dengan menelusuri banyak kehidupan warga Sidrap di kota tersebut, banyak pengalaman didapat disana.
Tercatat warga asal Bumi Nene Mallomo yang merantau disana terbilang banyak. Hampir ribuan orang sudah menetap sebagai warga pribumi.
Namun, banyak warga Sidrap Sulsel yang tidak tahu soal keberadaan warna warni kehidupan warga asal Kabupaten Sidrap di tanah rantau di Kendari tersebut.
Status sosialnya pun, terbilang mumpuni semua. Sebut misalnya H.Zulkarnain Kadir, H.Amir Ali, H.Rahman Baco, H. Ali dan Andi Aulia A.Djusman.
Mereka semua merupakan tokoh pendiri pengurus KeBugis di Sultra. H.Zulkarnain H.Kadir misalnya merupakan Walikota Kendari dan putra asli asal Desa Teteaji kecamatan Tellu Limpoe Sidrap.
Sedangkan H.Amir Ali,SE yang juga saat ini menjabat Ketua pertama KeBugis kota Kendari.
H.Amir Ali pula merupakan pejabat Kepala Wilayah PT. Bank BRI Persero wilayah Kota Kolaka, Kabupaten Kolaka Utara dan Kolaka Timur serta Konawe.
Beliau (H.Amir Ali) merupakan putra asli kelahiran Desa Carawali Manisa kecamatan Watang Pulu.
Sedangkan, H.Rahman Baco, adalah putra kelahiran Baranti kecamatan Baranti yang kini menjabat sebagai Kepala Kantor Agraria ATR/BPN Kota Buton (Wakil Ketua KeBugis Kendari) serta Andi Aulia Djusman,SH,MKn, yang kini menduduki posisi Sekertaris KeBugis kota Kendari.
Andi Aulia Djusman merupakan putra kelahiran Pangkajene, kecamatan Maritengngae, Sidrap.
Ia kini beraktifitas sebagai Notaris kota Kendari.
Begitupula H.Ali yang kini menjabat Anggota DPRD Sultra merupakan ketua paguyuban Bugis Parepare di Kota Kendari dan pengurus KKSS (Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan).
Beliau merupakan putra asal Tanru Tedong kecamatan Dua Pitue, Sidrap.
Berbicara soal “Siampea” dalam filosofi Bugis-Makassar (saling menolong sesama Sikampong,red) rombongan peserta HPN PWI Sidrap-Enrekang yang berjumlah 13 orang sangat menikmati beragam jamuan fasilitas selama berada di Kota Kendari.
Pengondisian para rekan-rekan jurnalis oleh pengurus KeBugis terasa kental dan puas atas segala pelayanan dan segala fasilitas yang ada, mulai penginapan, konsumsi hingga penyebrangan jalur laut didapatkan.
RASA RINDU KAMPUNG HALAMAN TEROBATI
Kehadiran sejumlah pengurus Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Sidrap-Enrekang menghadiri puncak acara Hari Pers Nasional (HPN) di kota Kendari, rupanya menyimpan kenangan dan kesan mendalam akan kehadiran penulis dan pengurus PWI lainnya di kota Kendari.
Usai menghadiri acara puncak HPN tersebut, pengurus PWI Sidrap-Enrekang dijamu makan bareng oleh putra Sidrap yang tergabung dalam Keluarga Bugis Sidenreng Rappang Kendari tersebut.
Sekretaris Kebugis Kendari, Andi Aulia bersama Pengelola Warkop 19 Aras yang kerap disapa Daeng Oma duduk bersama pengurus PWI Sidrap-Enrekang menikmati aroma kopi khas kota Kendari.
Warkop 19 terletak di Jalan Supu Yusuf, Kelurahan Korumba, Kecamatan Mandonga, Kota Kendari.
Mereka bercengkrama satu sama lain. Kemudian mengobrol tentang masa-masa perantauan hingga akhirnya bisa punya usaha sendiri di kota Lulo ini.
Benar-benar kerinduan akan kampung halaman kontras dirasakan bagi mereka yang sudah bertahun-tahun hingga berpuluh-puluh tahun menetap di Sultra.
Ketua PWI Sidrap-Enrekang, H. Purmadi Muin,SH yang memimpin rombongan mengaku bersyukur atas jamuan dan segala fasilitas yang dirasakan Rombongan selama berada di kota Kendari.
Begitupula, kepulangan hingga penyebrangan lewat pelabuhan Kolaka-Bajoe Bone juga dinikmati.
“Yah, kita tahulah kalau inilah sifat asli sesama perantau orang Bugis Sidrap di kampungnya orang pasti saling mencari. Seperti inilah, kami bertemu pengurus Kebugis Kendari dan saling bercengkrama. Rasa rindu mereka sesama perantau terobati setelah kehadiran kami menyapa mereka semua,” ucap H.Ady Sanjaya sapaan akrab Purmadi yang juga Wartawan Harian Berita Kota Makassar.
Senada juga diucapkan Sekretaris Kebugis Kendari, Andi Aulia Djusman. Dia berharap lewat wadah KeBugis, hubungan baik silaturahmi antara sesama perantau Bugis terus ditingkatkan.
Dia mengatakan, pengurus kebugis Kendari baru-baru dibentuk dan diketuai oleh H. Amir Ali, SE.
Saat ini sementara masih menyusun struktur organisasi dan rencana pelantikan menunggu jadwal selanjutnya dari pengurus Kebugis Provinsi maupun pengurus Pusat.
“Insyaallah, keberadaan kami ini akan mengakomodir warga Sidrap, baik pendatang maupun perantau. Kita harap pada pengukuhan nanti ini kehadiran Bupati Sidrap H.Dollah Mando sangat diharapkan bersua dan bersilaturahmi dengan marganya di Sultra, dan khususnya kota Kendari,”ungkap Andi Aulia.
WALIKOTA KENDARI TITIP PESAN MORIL
Sifat merantau oleh suku Bugis adalah pedagang, saudagar, pengusaha, atau nama apa pun
semacam itu dan perantau adalah ciri yang melekat pada
kebanyakan orang Bugis dan Makassar, atau suku- suku lain
yang ada di Sulsel.
Di hampir semua provinsi di Nusantara ini bisa dipastikan ada
orang asal Sulsel di situ dengan pekerjaan utama pedagang
atau pengusaha dan ataupun pejabat pemerintah maupun swasta.
Sejak zaman dahulu, orang Bugis memang sudah kental
dengan sifat perantau. Di perantauan, mereka terkenal
punya prinsip “Sipakalebbi, Sipakainge, Sipatokkong” (Saling menghargai sesama, saling nengingatkan, dan saling membantu dan menolong sesama meski bukan satu Ras,red).
Dalam sejarahnya, sejak dulu hingga sekarang, jiwa berdagang biasanya selalu melekat dalam diri perantau Bugis Makassar ditanah rantau.
Begitu masuk dan menetap di suatu daerah, mereka langsung menguasai pasar.
Menguasai dalam arti berdagang. Biasanya dari berdagang
di pasar, mereka kemudian berdagang hasil bumi, bahkan
membeli tanah dan bertani atau berkebun. Setelah itu
mereka mulai ke usaha lain-lain.
Dikesempatan waktu yang sangat terbatas itu, rombongan PWI Sidrap-Enrekang memanfaatkan bersilahturahmi dengan Walikota H.Zulkarnaen Kadir dan berdialog dengan awak media.
Saat menjamu makan malam para awak Media, H.Zulknain Kadir menggambarkan kondisi pembangunan di kota Kendari yang sudah sangat mencolok pembangunan infrastruktur, mulai sarana peningkatan pemukiman bertaraf Kota Berkembang, sektor Pendidikan maupun sektor Keagamaan.
“Intinya, pembangunan itu tiada Finisnya, selalu saja ada kita gagas dalam peningkatan sektor infrastruktur, pendidikan maupun keagamaan. Yang jelas, sebagai pemerintah, kewajiban kita adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh, agar ekonomi kita pula yang sempat terpuruk akibat pandemi Covid-19 kembali bangkit lagi,”ungkap Walikota Kendari disambut antusias para awak yang hadir memenuhi undangan pribadi H.Zulkarnain di Restauran Surya Kota Kendari
H. Zulkarnaen yang tidak lama lagi mengakhiri masa jabatannya sebagai Walikota pada Tanggal 9 Oktober 2022 mendatang, menitip pesan moril terhadap filosofi Bugis-Makassar yakni Satu hal yang membuat orang Bugis bisa diterima di mana-mana dalam perantauan adalah semboyan “Dimana Tanah Dipijak, maka Disitulah Langit Dijunjung Tinggi”. (*)
KENDARI, KOSONGSATUNEWS.com,——Etos filosofi perantau Bugis adalah “Sipakedde (Saling Menolong), Sipakainge (Saling Mengingatkan), Sipakatau (Saling Menghargai).
Itulah yang dipegang teguh para Passompe (perantau,red) asal Bugis-Makassar, terutama marga Appona ‘Nene Mallomo’ Ditanah Rantau.
Sebutan Appona Nene Mallomo, merupakan ikon keturunan Seorang Cendekiawan hebat milik masyarakat Kabupaten Sidenreng Rappang dengan prinsip “Resopa Temmangingi Nalomo Naletei Pammase Dewatae” (Dengan kerja keras dan gigih sehingga apa yang dicita-citakan dan diinginkannya bisa terwujud melalui ijin sang pencipta).
Hampir dikatakan, filosofi To Ogi (orang Bugis,red) dalam mengangkat budaya asal ditanah rantau selalu melekat “Siwewai Padanna Rupa Tau” (Saling menolong meski dalam kondisi keadaan apapun).
Seperti halnya, bahwa orang bugis adalah perantau, mungkin semua orang sudah tahu.
Hampir seluruh wilayah di Indonesia, ada perantau Bugis Sulsel.
Namun, jika pertanyaanya adalah “apakah yang membuat orang Bugis doyan merantau?” dan “kenapa orang bugis banyak sukses di tanah rantau?” penulis yakin tidak semua orang akan mampu mengurainya.
Seperti, Bugis Sidenreng (orang asal Sidrap,red) menyebutkan bahwa budaya etos kerja orang Bugis sangat tinggi karena orang Bugis sangat kompleks kebutuhan hidupnya sehingga hanya satu prinsip harus sukses ditanah orang.
Seperti kehadiran komunitas KeBugis (Kerukunan Bugis Sidrap) di Kendari Sulawesi Tenggara misalnya masih mengedepankan “Assisumpengen” atau persaudaraan tiada batasnya.
Meski keberadaan pembentukan pengurusnya baru seumur jagung, namun tak disangka, rupanya sebagian besar banyak yang sukses dan jadi saudagar, pengusaha. Dan bahkan ada yang menjadi pejabat tinggi Pemerintah maupun Swasta di daerah itu.
Dan itu semua, keberadaannya sudah merata dan menyebar di wilayah Sultra sebagai penduduk setempat.
Penulis sedikit menceritakan kehidupan marga Bugis asal Bumi Nene Mallomo di wilayah Kota Kendari Sulawesi Tenggara.
Saat menghadiri Hari Pers Nasional (HPN) tahun 2022 yang jatuh setiap tanggal 09 Februari dipusatkan di Kota Kendari, penulis memanfaatkan bersilahturahmi bersua dengan “To Sikampongngnge” (Sesama Sekampung Asal,red) selama waktu 3 hari road tour HPN di Kendari.
Dengan menelusuri banyak kehidupan warga Sidrap di kota tersebut, banyak pengalaman didapat disana.
Tercatat warga asal Bumi Nene Mallomo yang merantau disana terbilang banyak. Hampir ribuan orang sudah menetap sebagai warga pribumi.
Namun, banyak warga Sidrap Sulsel yang tidak tahu soal keberadaan warna warni kehidupan warga asal Kabupaten Sidrap di tanah rantau di Kendari tersebut.
Status sosialnya pun, terbilang mumpuni semua. Sebut misalnya H.Zulkarnain Kadir, H.Amir Ali, H.Rahman Baco, H. Ali dan Andi Aulia A.Djusman.
Mereka semua merupakan tokoh pendiri pengurus KeBugis di Sultra. H.Zulkarnain H.Kadir misalnya merupakan Walikota Kendari dan putra asli asal Desa Teteaji kecamatan Tellu Limpoe Sidrap.
Sedangkan H.Amir Ali,SE yang juga saat ini menjabat Ketua pertama KeBugis kota Kendari.
H.Amir Ali pula merupakan pejabat Kepala Wilayah PT. Bank BRI Persero wilayah Kota Kolaka, Kabupaten Kolaka Utara dan Kolaka Timur serta Konawe.
Beliau (H.Amir Ali) merupakan putra asli kelahiran Desa Carawali Manisa kecamatan Watang Pulu.
Sedangkan, H.Rahman Baco, adalah putra kelahiran Baranti kecamatan Baranti yang kini menjabat sebagai Kepala Kantor Agraria ATR/BPN Kota Buton (Wakil Ketua KeBugis Kendari) serta Andi Aulia Djusman,SH,MKn, yang kini menduduki posisi Sekertaris KeBugis kota Kendari.
Andi Aulia Djusman merupakan putra kelahiran Pangkajene, kecamatan Maritengngae, Sidrap.
Ia kini beraktifitas sebagai Notaris kota Kendari.
Begitupula H.Ali yang kini menjabat Anggota DPRD Sultra merupakan ketua paguyuban Bugis Parepare di Kota Kendari dan pengurus KKSS (Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan).
Beliau merupakan putra asal Tanru Tedong kecamatan Dua Pitue, Sidrap.
Berbicara soal “Siampea” dalam filosofi Bugis-Makassar (saling menolong sesama Sikampong,red) rombongan peserta HPN PWI Sidrap-Enrekang yang berjumlah 13 orang sangat menikmati beragam jamuan fasilitas selama berada di Kota Kendari.
Pengondisian para rekan-rekan jurnalis oleh pengurus KeBugis terasa kental dan puas atas segala pelayanan dan segala fasilitas yang ada, mulai penginapan, konsumsi hingga penyebrangan jalur laut didapatkan.
RASA RINDU KAMPUNG HALAMAN TEROBATI
Kehadiran sejumlah pengurus Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Sidrap-Enrekang menghadiri puncak acara Hari Pers Nasional (HPN) di kota Kendari, rupanya menyimpan kenangan dan kesan mendalam akan kehadiran penulis dan pengurus PWI lainnya di kota Kendari.
Usai menghadiri acara puncak HPN tersebut, pengurus PWI Sidrap-Enrekang dijamu makan bareng oleh putra Sidrap yang tergabung dalam Keluarga Bugis Sidenreng Rappang Kendari tersebut.
Sekretaris Kebugis Kendari, Andi Aulia bersama Pengelola Warkop 19 Aras yang kerap disapa Daeng Oma duduk bersama pengurus PWI Sidrap-Enrekang menikmati aroma kopi khas kota Kendari.
Warkop 19 terletak di Jalan Supu Yusuf, Kelurahan Korumba, Kecamatan Mandonga, Kota Kendari.
Mereka bercengkrama satu sama lain. Kemudian mengobrol tentang masa-masa perantauan hingga akhirnya bisa punya usaha sendiri di kota Lulo ini.
Benar-benar kerinduan akan kampung halaman kontras dirasakan bagi mereka yang sudah bertahun-tahun hingga berpuluh-puluh tahun menetap di Sultra.
Ketua PWI Sidrap-Enrekang, H. Purmadi Muin,SH yang memimpin rombongan mengaku bersyukur atas jamuan dan segala fasilitas yang dirasakan Rombongan selama berada di kota Kendari.
Begitupula, kepulangan hingga penyebrangan lewat pelabuhan Kolaka-Bajoe Bone juga dinikmati.
“Yah, kita tahulah kalau inilah sifat asli sesama perantau orang Bugis Sidrap di kampungnya orang pasti saling mencari. Seperti inilah, kami bertemu pengurus Kebugis Kendari dan saling bercengkrama. Rasa rindu mereka sesama perantau terobati setelah kehadiran kami menyapa mereka semua,” ucap H.Ady Sanjaya sapaan akrab Purmadi yang juga Wartawan Harian Berita Kota Makassar.
Senada juga diucapkan Sekretaris Kebugis Kendari, Andi Aulia Djusman. Dia berharap lewat wadah KeBugis, hubungan baik silaturahmi antara sesama perantau Bugis terus ditingkatkan.
Dia mengatakan, pengurus kebugis Kendari baru-baru dibentuk dan diketuai oleh H. Amir Ali, SE.
Saat ini sementara masih menyusun struktur organisasi dan rencana pelantikan menunggu jadwal selanjutnya dari pengurus Kebugis Provinsi maupun pengurus Pusat.
“Insyaallah, keberadaan kami ini akan mengakomodir warga Sidrap, baik pendatang maupun perantau. Kita harap pada pengukuhan nanti ini kehadiran Bupati Sidrap H.Dollah Mando sangat diharapkan bersua dan bersilaturahmi dengan marganya di Sultra, dan khususnya kota Kendari,”ungkap Andi Aulia.
WALIKOTA KENDARI TITIP PESAN MORIL
Sifat merantau oleh suku Bugis adalah pedagang, saudagar, pengusaha, atau nama apa pun
semacam itu dan perantau adalah ciri yang melekat pada
kebanyakan orang Bugis dan Makassar, atau suku- suku lain
yang ada di Sulsel.
Di hampir semua provinsi di Nusantara ini bisa dipastikan ada
orang asal Sulsel di situ dengan pekerjaan utama pedagang
atau pengusaha dan ataupun pejabat pemerintah maupun swasta.
Sejak zaman dahulu, orang Bugis memang sudah kental
dengan sifat perantau. Di perantauan, mereka terkenal
punya prinsip “Sipakalebbi, Sipakainge, Sipatokkong” (Saling menghargai sesama, saling nengingatkan, dan saling membantu dan menolong sesama meski bukan satu Ras,red).
Dalam sejarahnya, sejak dulu hingga sekarang, jiwa berdagang biasanya selalu melekat dalam diri perantau Bugis Makassar ditanah rantau.
Begitu masuk dan menetap di suatu daerah, mereka langsung menguasai pasar.
Menguasai dalam arti berdagang. Biasanya dari berdagang
di pasar, mereka kemudian berdagang hasil bumi, bahkan
membeli tanah dan bertani atau berkebun. Setelah itu
mereka mulai ke usaha lain-lain.
Dikesempatan waktu yang sangat terbatas itu, rombongan PWI Sidrap-Enrekang memanfaatkan bersilahturahmi dengan Walikota H.Zulkarnaen Kadir dan berdialog dengan awak media.
Saat menjamu makan malam para awak Media, H.Zulknain Kadir menggambarkan kondisi pembangunan di kota Kendari yang sudah sangat mencolok pembangunan infrastruktur, mulai sarana peningkatan pemukiman bertaraf Kota Berkembang, sektor Pendidikan maupun sektor Keagamaan.
“Intinya, pembangunan itu tiada Finisnya, selalu saja ada kita gagas dalam peningkatan sektor infrastruktur, pendidikan maupun keagamaan. Yang jelas, sebagai pemerintah, kewajiban kita adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh, agar ekonomi kita pula yang sempat terpuruk akibat pandemi Covid-19 kembali bangkit lagi,”ungkap Walikota Kendari disambut antusias para awak yang hadir memenuhi undangan pribadi H.Zulkarnain di Restauran Surya Kota Kendari.
H. Zulkarnaen yang tidak lama lagi mengakhiri masa jabatannya sebagai Walikota pada Tanggal 9 Oktober 2022 mendatang, menitip pesan moril terhadap filosofi Bugis-Makassar yakni Satu hal yang membuat orang Bugis bisa diterima di mana-mana dalam perantauan adalah semboyan “Dimana Tanah Dipijak, maka Disitulah Langit Dijunjung Tinggi”. (Mds)