Upacara Pa’tungkasan Gandang Ambe’ Edward Lantho Digelar Sakral di Desa Pambe, Tandukkalua’ Mamasa

MAMASA — Upacara adat Pa’tungkasan Gandang atau Pa’paturunan Gandang dilangsungkan dengan penuh khidmat di Desa Pambe, Kecamatan Tandukkalua’, Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat, sebagai tanda berakhirnya masa berduka (Barata) atas wafatnya tokoh adat Ambe’ Edward Lantho, yang meninggal dunia pada tahun 2013 lalu.

Almarhum semasa hidupnya dikenal sebagai pemangku adat Tandukkalua’ Palasa Maroson dengan gelar adat kehormatan Pangngulu Bassi. Prosesi ini menjadi momen penting dalam struktur adat masyarakat setempat, sebagai bentuk penghormatan terakhir dan serah terima nilai-nilai adat kepada generasi penerus.

Rangkaian upacara diawali dengan ritual Ma’dassi Dassi, di mana sekelompok pemuda tangguh yang disebut Londong, dipimpin oleh tokoh adat Bawalako dan Tokuppu, meninggalkan kampung menuju hutan untuk melaksanakan Pangngae—ritual pencarian kepala manusia sebagai lambang pengorbanan spiritual atas kepergian tokoh adat.

Setelah kembali ke kampung, para Londong melakukan Pandedekan Banua, yakni mengetuk rumah duka pada dini hari, membangunkan keluarga almarhum sebagai isyarat dimulainya inti upacara. Ritual dilanjutkan dengan Pa’paturunan Gandang, yaitu menurunkan gendang adat yang telah disimpan sejak wafatnya almarhum sebagai simbol resmi berakhirnya masa berkabung.

Setelah itu, digelar pertunjukan tari-tarian dan alunan musik bambu khas hutan yang disebut Tambolang. Para Londong menyanyikan Denna dan Sengo, lagu-lagu adat yang menggambarkan perjalanan mereka di hutan, dalam suasana penuh sukacita yang disebut Masiang Padang.

Sebagai bagian dari perayaan adat, diadakan pula acara makan bersama yang disebut Ummade Barani, dengan menu utama nasi kuning. Ritual dilanjutkan dengan Pa’patondonan Tali sebagai simbol penguatan ikatan semangat para Londong dan seluruh warga adat.

Puncak upacara adalah Pa’pandanan Tambolang, di mana alat musik bambu hasil perjalanan Londong disimpan di rumah Pangngulu Bassi yang baru—penerus jabatan adat almarhum dalam struktur Kehadatan Tandukkalua’ Palasa Maroson.

Ritual ini tak hanya menandai akhir duka, tapi juga memperkokoh tradisi, menjaga nilai-nilai luhur leluhur, serta memastikan keberlanjutan sistem adat di tengah perubahan zaman. (Ayu)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *