PENGAKUAN BARU SETELAH SEMUANYA TIADA

Seharusnya sesuatu mutlak mempunyai landasan kuat untuk menyampaikan kebenaran. Namun yang paling mendasar adalah takut akan dosa terhadap ALLAH SWT. untuk menyampaikan hal yang dianggap tidak benar.

Sebelah kanan saya Syarifah Fatmah Al Mahdaly & Sayyid Agussalim kemudian sebelah kiri saya adalah Sekh Baso

Seperti hal kejadian yang menimpa Nasab As Syarif Abul Qosim Al Mahdaly, kini menjadi polemik yang berkepanjangan terkhusus di Sulsel. Pengakuan baru bermunculan setelah semuanya leluhur tiada ( meninggal dunia ). Meskipun demikuan masi tercatan dalam jejak keberadaanya, serta memori apa yang disampaikan pada leluhur itu.
Satu sisi berdasarkan fakta serta sesua apa yang pernah disampaikan leluhurnya sebelum meninggal dunia. Disisi lain berdasar pada reperensi.
Seperti apa yang disampaikan Andi Guntur Noerman, tentang Nasab As Syarif Abul Qasim? yaitu sesuai penyampaian orang tuanya Sayyid Muhammad Nurdin serta Saudara kakeknya yang bernama Sayyid Alwi Al Mahdaly, Waktu itu kami tinggal di asrama Korem 142 Kota Parepare. Tahun 1970 an Bahwa nama Abbanya bernama Sayyid Buhasem atau Sayyid Hasan ( Puang Majjanggo) nama kakeknya Bernama Puang Salemun ( Sayyid Sholeh) dikubur di batu2 Kaca. Kabupaten Soppeng.demikian disampaikan Puang Sayyid Alwi Al Mahdaly waktu itu.

Catatan. Sayyid Alwi  Al Mahdaly adalah Kakek Sayyid Aqil  Al Mahdaly.
Bersaudara Sayyid Umar Al Mahdaly. Kakek Andi Guntur Noerman.
” Saya ingat sekali Puang Alwi Sering datang di Asrama Korem 142 waktu.itu. Saya sangat akrab dan menhormatinya. Karena Kakek saya dari Abbaku lebih duluan meninggal dunia. Dialah pengganti Kakek saya. Karena memang bersaudara. Kami rasa yang begitu dekat dengan keluarga kami” ujar Andi Guntur Noerman. Mengenang dengan haru.
Begitu juga yang di ketahui keluarga lainnya, hanya mengetahui puang Salemun sebagai leluhurnya dan sering pergi mensiarahi, termasuk Tante Syarifa Patmah Al Mahdaly, sering datang dari Kaltim (Samarinda) khusus siarah kubur Puang Salemun.
Bahkan ada pengakuan dari Puang Syarifa Mastura sebagai orang di tuakan di daerah batu batu Soppeng, juga tinggal di daerah tersebut secara turun temurung.

Sepulang dari siarah kubur puang Salemun, singgah bersama rombongan di rumah puang Syarifa Mastura. Waktu itu banyak yang singgah sekitar 20 orang awal Tahun 2022.
Setelah rombongan kumpul secara melingkar di lantai 2 mengelilingi Puang Syarifa Mastura yang sakit waktu itu. Andi Guntur Noerman tiba tiba bertanya. Siapà sebenarnya Nama anak As Syarif Abul Qosim. Dua kali di ulangi perkataan itu. Kemudian Puang Syarifa Mastura menjawab. Puang Solemun. Sayyid Agussalim hanya terdiam. Begitupun lainnya. Hanya Sekh Baso menjawab waktu itu seraya mengatakan pada Puang Syarifa Mastura ” kita sama2 Al Idrus”.

” memang banyak orang waktu itu, termasuk Sekh Semmauna beserta keluarganya, yang juga tinggal menetap di Batu batu. hal ini saya tanyakan untuk mencocokkan penyampaian Kakek dan Abba saya. Bahkan kakek saya sempat menyampaikan sebelum meninggal bahwa di samping kuburan puang Salemun adalah kuburan Kali Bone.” Ucap Andi Guntur yang juga di sapa Sayyid Guntur. Hal itu pernah juga disampaikan Ummi Fatma waktu siarah kubur Puang Salemun. Ummi katakan itu sesuai penyampaian Abbanya.yang juga anak dari puang Majjanggo yang tinggal di Sulawesi Tengah ( Palu ).

“Pertanyaan ,kenapa tidak keberatan waktu puang Syarifa mastura mengatakan anak As Syarif Abul Qasim adalah Puang Salemun.? Padahal kita banyak orang waktu itu. Kenapa baru sekarang baru bersuara. Sayyid Agus dan Sekh Baso bahwa anak As Syarif Abul Qosim adalah Sekh Ahmad. Setelah puang Syarifa Mastura meninggal dunia.?. Tapi ingat ALLAH MAHA MELIHAT & MAHA MENGETAHUI apa yang kerjakan. ( Andi Guntur Noerman)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *