Dugaan Pemerasan oleh Oknum Polisi, Hukum Dijadikan Alat Ancaman?

KOSONGSATUNEWS.COM, SIDRAP — Praktik penegakan hukum kembali tercoreng. Sejumlah oknum dari satuan Direktorat Narkoba Polda Sulsel diduga menyalahgunakan kewenangannya dalam operasi yang disebut-sebut sebagai “Operasi Siluman”. Bukannya memberantas narkoba, aparat ini justru menjadikan warga sebagai sasaran pemerasan.

Informasi yang dihimpun redaksi, modus yang digunakan sangat terstruktur. Oknum polisi diduga mencari target di kalangan masyarakat sipil dan memaksa mereka menjadi informan atau “cepuh”. Korban kemudian diarahkan untuk terlibat dalam skenario jual beli narkoba, yang pada akhirnya menjadi alasan untuk dilakukan penangkapan.

Yang mengejutkan, sejumlah korban mengaku bukan pengguna, apalagi pengedar. “Saya dijebak. Disuruh menjual, lalu ditangkap bersama calon pembeli. Setelah itu, saya dipaksa membayar Rp15 juta untuk dilepaskan,” ujar salah satu korban yang namanya dirahasiakan, Selasa (3/6/2025) malam.

Korban mengungkapkan bahwa dirinya sempat ditahan di sebuah rumah di kompleks BTN WSB, yang diduga menjadi markas tidak resmi oknum aparat tersebut. “Kalau tidak bayar, saya diancam akan dijadikan tersangka dan dibawa ke Polda. Ini murni pemerasan,” tegasnya.

Berdasarkan keterangan warga lainnya, praktik ini bukan kasus tunggal. Sejumlah warga Sidrap mengalami hal serupa. Jumlah tebusan yang diminta bervariasi, mulai dari Rp10 juta hingga Rp100 juta, tergantung pada kesepakatan yang terjadi. “Kebanyakan dari kami orang susah. Harus pinjam sana-sini demi bebas,” tutur sumber lain.

Transaksi pemerasan ini, menurut pengakuan para korban, dilakukan secara tunai. Tidak ada jejak transfer untuk menghindari pelacakan. Praktik ini bahkan terkesan sudah berjalan sistematis dan terorganisir, dengan markas utama di kawasan Watang Pulu, Sidrap.

Kondisi ini memicu keresahan mendalam di tengah masyarakat. Warga mengaku kini lebih takut pada aparat penegak hukum dibanding peredaran narkoba itu sendiri. “Yang ditangkap bukan pengedar, tapi masyarakat biasa yang dijebak,” sebut warga lain yang enggan disebutkan namanya.

Sejumlah pihak kini mulai mendesak institusi Polda Sulsel untuk bertindak tegas. Jika tidak, kepercayaan publik terhadap institusi penegakan hukum bisa runtuh sepenuhnya.

“Masih banyak warga yang ditahan di basecamp mereka. Mereka menunggu keluarga membawa uang tebusan,” kata korban lain yang berhasil dibebaskan. (***)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *