MAMASA – Peringatan 100 hari kerja Bupati Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat, menuai kritik tajam dari kalangan masyarakat sipil. Salah satunya datang dari Rian Mewa, perwakilan Sinergi Muda Mamasa, yang menilai bahwa capaian sejauh ini masih sebatas simbolik dan belum menyentuh langkah konkret yang dirasakan langsung oleh masyarakat.
“Jabatan kepala daerah memang lima tahun, tapi 100 hari pertama adalah fase krusial. Ini seharusnya menjadi etalase awal yang menunjukkan arah kebijakan, gaya kepemimpinan, dan keseriusan dalam menunaikan janji politik,” ujar Rian saat dikonfirmasi via WhatsApp oleh wartawati media ini, Senin (16/6/2025).
Ia menegaskan, dalam tradisi pemerintahan modern, 100 hari kerja sering dipandang sebagai barometer awal untuk mengukur kinerja dan komitmen seorang kepala daerah. Namun sayangnya, menurut Rian, Bupati Mamasa justru terjebak dalam euforia seremoni dan pencitraan.
“Yang tampak saat ini hanya pernyataan media, bukan aksi di lapangan. Banyak dokumen dan rilis pers beredar, tapi itu tak dibarengi dengan perencanaan yang matang dan implementasi nyata di masyarakat,” tegasnya.
Ia juga menyoroti adanya ketidaksesuaian antara janji kampanye dan pendekatan teknokratis dalam penyusunan kebijakan. “Fokus mereka lebih pada narasi daripada implementasi. Pendekatan populis yang hanya menonjolkan wacana tanpa substansi menjadi masalah utama,” tandasnya.
Sejumlah komentar senada juga banyak beredar di media sosial, yang mempertanyakan efektivitas kinerja pemerintah daerah dalam 100 hari terakhir. Warga berharap pemerintah tidak hanya sibuk membangun citra, tetapi benar-benar menghadirkan perubahan yang nyata dan terukur di lapangan. (Ayu)