EH KASUS PENCURIAN GABAH DI PINRANG, MOLOR, KELUARGA KORBAN BISA TERJADI PERTUMPAHAN DARAH.

Mutiara. Istri Almarhum P.Codi
Mutiara. Istri Almarhum P.Codi

Kini memasuki musim tanam, berarti menjelang 3 kali panen padi, namun pelaku pencuri Gabah, belum juga tertangkap, sementara dugaan pencuri yang berinitial Seb, terus mengolah sawah Milik Rusni. (Anak Almarhum P.Codi) dan mengambil hasilnya, padahal Seb dan kawan kawan, telah di laporkan dugaan pencurian, dan bukti yang di minta Penyidik Polres Pinrang, Sulawesi Selatan. Semuanya sudah di serahkan, apalagi yang harus di persiapkan ?

Apakah masih ada keadilan untuk masyarakat akar rumput. Kalau tidak, ini dapat menyulut pertumpahan darah, hal inilah yang di takutkan keluarga korban jika terjadi hal seperti itu.

Armin. Menantu P.Codi
Armin. Menantu P.Codi

“Kami takut perkelahian, tapi itu bisa terjadi, karena Pelaku yang di duga Pencuri Gabah, menggarab, sawah bersertifikat Mertua Saya almarhum P.Codi, tanpa Izin dengan anak P.Codi serta isterinya. Padahal sejak dahulu, Almarhum beserta Isteri dan anaknya mengolah sawah tersebut, namun setelah meninggal P.Codi, kemudian ada pihak lain yang menyerobot mengambil padi tanpa Izin, kemudian membagi dua pematang sawah.” Keluh Armin menantu P.Codi. Kemudian menambah informasinya.

” Saya menggarap dan menanam padi, tapi orang lain mengambil hasilnya, inilah derita rakyat kecil, semaunya orang yang menganggap dirinya hebat, dan punya beking, dengan sewenang – wenang memperlakukan rakyat jelata sesuka hatinya.” Sementara sumber dari Polres Pinrang, menyebut, Penyidik Pencuri Gabah lagi sakit.

Begitulah kenyataannya, hingga Mutiara Istri P. Codi, berharap pada Aparat Penegak Hukum, (APH) di Kabupaten Pinrang, kiranya serius menangani kasus dugaan pencuri gabah dan pengrusakan, terhadap sawah milik suaminya. ” kami rakyat kecil berharap kiranya masalah ini, jangan terkatung – katung. Sekarang sudah lebih satu Tahun Pak, belum di tangkap pelakunya. Sekarang Tanggal 27/6 /2025. Bahkan. Bisa saja Pencuri dan kelompoknya tersebut, membunuh kami sekeluarga, karena menganggap tidak ada hukuman lagi,” sedih Mutiara. (Tim)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *