MAMASA – Polemik kepemimpinan Kepala Desa Sendana, Kecamatan Mambi, kembali memanas. Warga dan tokoh adat menyoroti keras kepemimpinan Muhammad Nasir yang dinilai tidak transparan dan cenderung mengutamakan keluarganya dalam pelaksanaan program desa.
Seorang tokoh adat yang sudah sepuh dengan tegas menyampaikan penolakannya. Ia menegaskan bahwa dirinya tidak rela desa yang dibangun dengan susah payah dan penuh pengorbanan dipimpin oleh oknum yang dinilai salah arah.
“Desa ini lahir dari perjuangan kami. Saya tidak akan diam jika ada pemimpin yang tidak berpihak pada kepentingan masyarakat,” ujarnya.
Insiden di Masjid Jadi Sorotan
Beberapa pekan lalu, kericuhan sempat terjadi di sebuah masjid di Desa Sendana. Salah satu warga yang juga orang tua adat mempertanyakan kinerja kepala desa. Bukannya menerima kritik dengan bijak, sang kades disebut hampir melakukan tindakan kasar terhadap orang tua tersebut.
Kejadian ini memicu kemarahan warga. “Kami sangat menyesalkan insiden di masjid itu. Itu bukan sikap seorang pemimpin yang seharusnya melayani masyarakat,” tegas salah seorang warga.
Klarifikasi Kades Membingungkan
Wartawan media ini sempat mengonfirmasi langsung Kepala Desa Sendana, Muhammad Nasir, melalui WhatsApp. Namun, alih-alih menjawab pertanyaan, Nasir justru melemparkan urusan tersebut ke pihak Badan Permusyawaratan Desa (BPD).
“Kalau mau pertanyakan, tanyakan saja ke BPD,” tulis Nasir singkat.
Sikap ini menambah kekecewaan warga, karena yang dipertanyakan hanyalah soal insiden di masjid, bukan hal teknis yang harus dialihkan ke BPD.
Warga Tuntut Evaluasi
Masyarakat dan tokoh adat di Sendana kini menuntut adanya evaluasi serius atas kepemimpinan kepala desa. Mereka menilai, jika kondisi ini terus dibiarkan, pembangunan desa akan tersendat dan kepercayaan masyarakat semakin hilang.
“Kami tidak ingin desa yang kami mekarkan ini rusak hanya karena kepemimpinan yang salah arah,” tegas tokoh adat tersebut. (Ayu)