Gowa, kosongsatunews.com – Adnan Purichta Ichsan, sebagai decission maker di Kabupaten Gowa disamping sangat memperhatikan rakyatnya, juga sangat memperhatikan kelestarian alam sekitarnya, termasuk dalam hal ini hutan lindung di Malino.
Dirinya sangat kecewa dan sangat menyayangkan, dengan kenyataan yang ada di Malino. Disebabkan, banyaknya hutan lindung yang dibabat. Dia sangat menyesalkan tindakan tak bertanggung jawab tersebut, dan sempat mendongkol penuh kekecewaan, ditengah-tengah rombongan yang hadir. Karena keberadaan dan kelestarian hutan lindung itu, bukan untuk kepentingan pribadinya atau pun keluarganya, tapi murni semuanya untuk rakyat Gowa, Sulsel dan Indonesia, kini dan ke depan.
Sebenarnya Bupati Gowa sangat berharap hutan lindung tersebut dirawat, dijaga dengan sungguh-sungguh dari tangan-tangan jahil, guna hadirnya kesuburan dan kelestarian, serta dapat dinikmati manfaatnya oleh anak cucu dari rakyat Gowa. Dan semua itu bisa diraih, jika sinergitas antara masyarakat sekitar dan pemerintah (BKSDA) terjalin dalam berpadunya kekuatan kebersamaan menjaga dan memelihara hutan ini.
Dengan hadirnya kenyataan yang sangat mengherankan dan mengecewakan tersebut, hingga membuat Bupati Gowa, Adnan Purichta Ichsan, sempat berkomentar yang bernuansa kurang mempercayai lagi penjaga hutan.
“Saya sudah tidak percaya dengan para penjaga hutan, melihat banyaknya hutan lindung yang dibabat,” tandas Bupati Gowa, Jumat (14/2).
Pernyataan orang nomor satu di Gowa ini, sontak membuat rombongan BPDAS Jeneberang-Sa’dang, yang dipimpin Entan Sofyan, terdiam.
Bupati Adnan memaparkan satu persatu tingkat dan perlakuan masyarakat terhadap hutan yang ada di hulu. Bahkan, mantan anggota DPRD Sulsel, tak segan-segan menunjuk bagaimana lemahnya Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA), dalam melakukan pengawasan hutan di sana (Malino, red).
Bahkan saat Menteri Lingkungan Hidup yang masih dijabat Sitti Nurbaya berkunjung ke Tinggimoncong, Kab Gowa, sempat keliling kota Malino dan beberapa tempat lainnya, untuk melihat bagaimana perambahan hutan yang terjadi, padahal itu dekat dengan kantor BKSDA, hingga kini belum juga ada tanda-tanda penyelesaian.
“Kenapa bisa begini ? Karena, kewenangan pengelolaan hutan lindung memang tidak ada di Pemkab Gowa, tapi semua ada di pemerintah Provinsi Sulsel,” urai Bupati Gowa, termuda di Indonesia, Adnan Purichta Ichsan.
Karena itu, bupati termuda ini menyarankan agar ada kerja sama yang maksimal dari semua pihak, baik itu Balai, TNI-Polri, pemerintah provinsi dan kabupaten.
“Kalau kerja sama ini jadi dan terbangun dengan baik( hadir efektif dan terbangun maksimal dengan penuh keseriusan, red), maka tingkat pengrusakan hutan dapat kita minimalisir,” tegasnya.
(Syahrir AR)