Gowa, kosongsatunews.com – Peristiwa pemukulan yang diduga dilakukan Kepala Desa Sengka berinisal “Bhr” terhadap anak berinisial AN yang notabene merupakan anak dari camat di wilayah tersebut yang berinisial “Dy”, di dalam rumah Kades Sengka, di Kecamatan Bontonompo Selatan (Bonsel), Kabupaten Gowa, Kamis (19/3) malam.
Terjadi saat Kepala Desa Sengka hendak mendamaikan peristiwa perkelahian yang melibatkan AN cs dan Rs cs. Sekitar pukul 22:30 Kades Sengka menghubungi keluarga AN untuk membawa AN dan temannya ke rumah Kades guna didamaikan dengan anaknya.
Pihak keluarga AN, menyambut baik permintaan Kades Sengka dan langsung mencari keberadaan AN dengan temannya, dibantu oleh aparat kepolisian setempat. Setelah ketemu lalu dibawa ke rumah Kades, bersama-sama anggota dari aparat kepolisian setempat.
Saat mereka sampai disana dan masuk ke rumah Kades Sengka, tiba-tiba tanpa alasan yang jelas Kades sengka selaku orang tua Rs langsung melayangkan pukulan ke wajah AN. Beruntung AN masih dapat menepis tonjokan Kades “Bhr” (inisial) dan pihak keamanan kepolisian yang ada di dalam rumah itu mengamankan Kades “Bhr”. Dan, segera AN dan temannya Ad dibawa pulang ke rumah oleh orang tua AN agar tidak menimbulkan masalah yang lain.
Sebenarnya awal perkelahian ini bukan masalahnya AN, tapi sepupunya dengan inisial Ad alias caccing.
Ad (14 thn) yang merupakan teman AN, dia keluar beli makanan (nasi kuning), sekitar pukul 22:00 malam, di Dusun Likuboddong Kampung Biringbalang kurang lebih 300 m dari rumahnya Kepala Desa Sengka. Ad kesana naik motor trail. Ketika lewat samping rumah kepala desa, ada 3 orang yg sedang duduk-duduk. Salah satunya, adalah Rs (anak Kades Sengka) menghadang sambil menegur supaya pelan-pelan, lalu Ad tidak tinggal/berhenti tapi lanjut meneruskan perjalanannya.
setelah pulang beli nasi kuning dia dihadang dan ditegur lagi, tuturnya, padahal laju motornya sudah pelan. Ad tetap tidak tinggal karena dia merasa sendirian.
Ditambahkannya, setelah sampai di pos ronda (tempat ngumpul), dia makan nasi kuningnya bersama teman-temannya. Disitulah dia sampaikan kejadian yang dialami tadi, kepada teman-temannya yang ada di pos ronda.
Selanjutnya, dia ceritakan yang dialaminya. Setelah Ad bercerita, AN memberikan saran kepada temannya untuk menyelesaikan secara baik-baik, takutnya besok lagi kesana beli nasi kuning mereka menghadang lagi. Maka kesanalah dia, ujar Ad, beserta 2 orang temannya naik motor bonceng tiga dengan jarak sekitar 300 m. Lanjutnya, karena takutnya nanti ada salah paham maka AN (anak camat) menyusul dengan jalan kaki. Sampai disana di dekat rumahnya kepala desa, Rs langsung berdiri seakan mau memukul, memasang kuda-kudanya untuk berkelahi dan ada juga temannya yang keluar bawa parang. jadi Ad langsung kaget dan menegur kepada yang bawa parang. “Oee, mau kau apakan parangmu, simpan itu parangmu,” ujar Ad.
Lebih jauh dijelaskannya, setelah dirinya berkata seperti itu, Rs (anak Kades) seakan menantang untuk berkelahi. Nah, disanalah terjadi perkelahian tersebut.
Dy selaku orang tua AN berharap, peristiwa perkelahian anak ini harus diselesaikan dengan solusi bijak dan dewasa, karena namanya anak-anak masih proses perkembangan sehingga hal-hal kecil pun bisa memicu perkelahian.
“Karena itu selaku orang tua tugas kita untuk mencarikan solusi serta mencairkan suasana, agar masalah anak-anak tidak berkembang menjadi persoalan yang lebih besar,” jelas Dy.
Di tempat terpisah Syamsul Dg Tarang selaku keluarga AN menyayangkan sikap Kades Sengka selaku pemerintah dan orang tua Rs. “Seharusnya mengedepankan sikap bijaksana, dengan membicarakan baik-baik persoalan perkelahian yang melibatkan anaknya. Karena tujuannya, memang kita damaikan, bukan malah memperkeruh masalah dengan sikap emosional dan melakukan pemukulan di depan petugas kepolisian dan camat. Ini namanya menambah masalah bukan menyelesaikan masalah,” tandasnya.
(*)