Gowa, kosongsatunews.com – Ketua Forum Komunikasi Pencinta Alam di Kabupaten Gowa, Hirsan Daeng Makkio mengatakan pendakian ke Gunung Bawakaraeng ini dilakukannya bersama 11 orang temannya.
“Ini buat saya dan beberapa teman adalah pendakian setelah 20 tahun tidak pernah lagi mendaki, apalagi setelah pasca longsor Gunung Bawakaraeng yang membuat jalur lembanna mengalami perubahan alur jalur menuju ke puncak,” tutur Daeng Makkio, di Sungguminasa, Gowa, Selasa (18/8).
Dituturkannya, bahwa pada hari Minggu, tanggal 16 Agustus 2020 pagi rombongannya start dari jalur Tassoso, Sinjai Barat pukul 08.00 Wita dan tiba di pos 8 pada pukul 16.30 Wita.
“Informasi yang kami terima keadaan di puncak sudah penuh dengan Pencinta Alam dari berbagai kelompok dan komunitas yang sudah memenuhi area-area camp. Sehingga, kami akhirnya memutuskan untuk mendirikan tenda di pos 8 sekalian istirahat memulihkan diri,” urainya.
Daeng Makkio menambahkan, Hari Minggu pagi dirinya dan rombongannya merencanakan naik ke puncak sekalian bergabung dengan pendaki lainnya, untuk melakukan upacara 17 Agustus 2020.
Menurut Ketua Forum Komunikasi Pencinta Alam Kabupaten Gowa, usianya sudah 47 thn. Dan, katanya, memang bukan usia yg muda untuk melakukan pendakian yg aman, dibutuhkan kesiapan fisik dan mental.
Selain itu, imbuhnya, tentu saja perlu pulu menyiapkan bekal dan peralatan yang cukup dengan memperkirakan, berapa lama akan berada di atas Gunung Bawakaraeng.
“Banyak harapan tentu saja yang kita bisa petik dari begitu antusiasnya generasi muda saat ini, yang memilih tantangan mendaki gunung khsusunya ke Gunung Bawakaraeng,” ungkapnya.
Dari ketinggian sepanjang perjalanan dari pos 8, ujar Daeng Makkio, sampai ke pos 10 puncak. Rasa capek dan penat seketika hilang dalam indah dan agungnya gugusan pegunungan yang mengelilingi Gunung Bawakaraeng.
“Keindahan dan ketenangan di gunung tentu memerlukan komitmen jelas dari seluruh pencinta alam dan para penggiat alam bebas. Mari menjaga gunung dari sampah dengan cara membawa minimal sampah sendiri dari atas gunung,” harapnya.
Ditambahkannya, pergaulan pencinta alam di gunung adalah salah satu pergaulan yang paling beradab, tua dan muda jika saling menapak naik maupun turun, melewati pendaki lain maupun saling berpapasan, maka saling tegur sapa, ijin mendahului, saling memberi semangat begitu mudah terucap.
“Ayo para pencinta alam mari jaga peradaban kita baik di gunung maupun dalam kehidupan sehari-hari,” pintanya.
Dirinya pun menutup dengan, Dirgahayu HUT RI ke-75. Merdeka!!!
(Syahrir AR)