Menuju Ma’rifat 9

KOSONGSATUNEWS.COM–Ketika telah menggurita kepemimpinan hati melakukan komandonya di dalam diri, serta berkekalan shalat dan sabar melingkupi segala aktivitas dalam hidup dan kehidupan sehari-hari, juga Allah SWT telah meridhoi dan menurunkan perintahnya maka seorang hamba telah disetujui dan dilakukanlah pengangkatan atau pelantikan secara resmi menjadi tentara Allah atau Waliullah yang secara otomatis pula akan mengemban tugas, di tempatnya bertugas.

Ada kalanya pelantikan ini dipimpin oleh Panglima tertinggi dari tentara Allah di dunia, yakni Nabi Khidir As, ada kalanya pula tanpa kehadirannya. Kembali lagi, bahwa tergantung kualitas dari diri yang dilantik ini.

Pengangkatan dan penempatan “para pejuang Allah (Tentara Allah)” yang baru dilantik itu juga diatur sesuai prosedur yang telah ada (inilah yang dijadikan contoh dalam kehidupan nyata, entah siapa pertama kali yang melakukan transfer dan mengimplementasikan hal ini dalam kehidupan dunia nyata).

Dalam penempatan ini, biasanya para waliullah menjaga, berharap atau menghindari agar tidak ditempatkan pada tempat-tempat, daerah-daerah atau pun kabupaten tertentu (sama seperti kehidupan di dunia nyata, ketika seorang ASN yang baru lulus dan tiba giliran pada penempatannya, dimana ada beberapa daerah yang juga dihindari).

Sekadar diketahui, kiblat tata cara kehidupan alam nyata itu adalah berasal dari kehidupan alam gaib atau pergerakan jasmani diatur oleh rohani.

Di Sulsel ini, ada pula beberapa kabupaten yang sangat dihindari oleh para pejuang Allah untuk ditempatkan disana. Kenapa ? Karena rata-rata penduduknya, kurang mampu menahan sabar terhadap sesamanya manusia serta senantiasa menurutkan hawa nafsunya, dengan pembalasan tindakan anarkis secara nyata maupun tidak nyata.

Daerah atau kabupaten seperti ini sangat dihindari, karena para pejuang Allah ini selalu ketat menjaga diri untuk tidak melakukan hukuman (para pejuang Allah ini berhak menjatuhkan hukuman terhadap mereka yang melanggar tersebut, tanpa diketahui oleh bersangkutan tentang kapan, dimana serta seperti apa hukuman itu). Ini disebabkan, mereka para pejuang Allah sangat mengetahui, bahwa dengan dijatuhkannya hukuman ini maka sesamanya manusia akan mengalami kesakitan, kesusahan serta penderitaan.

Sedangkan, dengan penderitaan yang dirasakan para manusia biasa ini, menimbulkan kegembiraan para tentara iblis, yakni syaitan (kegembiraan tentara iblis inilah yang sangat dihindari terjadi oleh para pejuang Allah).

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an, yang artinya:
Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh nyata bagimu, maka jadikanlah ia musuhmu (QS Faathir: 6)

Tentunya, perlakuan yang harus diberikan kepada musuh yakni dengan tidak memberikan kebaikan atau kegembiraan, tapi sebaliknya dengan memberikan keburukan atau pun kesedihan kepadanya setiap saat.

Para pejuang Allah selalu maksimal berupaya agar para manusia tidak memberikan kegembiraan pada tentara iblis (syaitan), dengan jalan terus memberikan pencerahan atau mengatur dunia dengan penduduknya untuk selalu mengikuti perintah dan menjauhi larangan dari Allah SWT.

Upaya yang dilakukan tentara Allah ini, tentu secara tersembunyi atau secara gaib. Boleh jadi, dengan pencerahan-pencerahan melalui bisikan-bisikan yang ditiupkan ke dalam hati manusia.

Dalam aktivitasnya sebagai pejuang atau tentara Allah, sering pula terjadi salah paham, salah terima, mau menang sendiri atau merasa lebih jago atau lebih tinggi, sehingga berujung pada perselisihan, pertempuran serta berujung pada kematian. Hal ini, karena pada kumpulannya pun masih tetap ada celah untuk bisa dimasuki oleh tentara iblis (syaitan) untuk menggoda, sehingga itulah salah satu hal yang dapat terjadi jika masuk kategori tergoda bujuk rayu iblis.

Pada tingkatan ini, kadang iblis datang langsung secara nyata untuk melakukan tipuan-tipuannya, mirip kedatangannya iblis secara langsung dan nyata kepada para nabi. Karena, semakin tinggi derajat diri dalam kedekatan kepada Sang Pencipta, maka semakin tinggi pula derajat, pangkat dan jabatan dari syaitan yang datang menggoda untuk menjatuhkan atau menjerumuskan ke arah kesesatan, sehingga otomatis semakin tinggi pula kualitas ujian yang didapatkan oleh diri.

Dalam kumpulan tentara Allah ini biasa juga terjadi persaingan antar perseorangan atau kelompok, baik dalam hal berprosesnya perekrutan “Calon Tentara Allah” sebagai generasi penerus dan pelanjut, ketika ada yang pensiun atau ada yang dipensiunkan dengan cepat (dipecat). Masing-masing pihak berusaha maksimal untuk meluluskan calonnya.

Tiap Waliullah selain bertugas menegakkan amar ma’ruf dan nahi mungkar, juga bertugas untuk mencari dan mendapatkan serta membimbing calon penerus untuk ke depannya, guna menjaga agar supaya jumlah Waliullah ini selalu tetap dari masa ke masa, hingga dunia kiamat.

Disinilah persaingan sehat maupun tidak sehat biasa terjadi. Masing-masing berlomba, agar calonnya diterima, diluluskan dan akhirnya juga dilantik menjadi pejuang Allah atau tentara Allah atau para orang-orang saleh.

Biasanya, ketika salah satu orang saleh atau Waliullah yang calonnya berpeluang besar (sering dibicarakan dan dipuji) untuk diluluskan dan menuju dilantik, maka sebelum itu terjadi, kerap kali terjadi orang saleh lainnya baik perorangan maupun kelompok, tanpa ada izin langsung menguji secara sembunyi-sembunyi sang calon ini, tanpa izin dari yang punya calon. Bibit permusuhan dapat saja timbul dari permasalahan ini, dan iblis dapat pula meraih keuntungan besar dengan terciptanya momen permusuhan ini.

Ada pun ketika keadaan tersebut lanjut berlangsung dan ketersinggungan yang punya calon ini dapat dia padamkan dengan kesabarannya, maka kualitas atau levelnya dalam kumpulan, akan langsung meningkat secara otomatis, sebagai balasan dari Allah atas perbuatannya mengalahkan atau mengecewakan iblis (karena jika berlanjut ke pertengkaran atau pertempuran maka iblis yang beruntung).

Seperti telah disinggung pada tulisan yang lalu, bahwa umumnya tiap calon yang akan direkrut oleh tiap Waliullah itu umumnya pula diikuti mulai dari dalam perut ibunya sampai dia dewasa. Tentunya, Tentara Allah ini terus-menerus melakukan pemantauan terhadap calonnya, dan terus-menerus pula memberikannya ujian-ujian untuk mengetahui kemampuan maupun kualitas dari calonnya ini.

Biasanya sang calon ini dimulai saat kelahirannya terjadi keanehan, seperti sebelum suster dan dokter datang untuk melakukan tugasnya, sang calon (bayi) telah dengan sendirinya keluar dan lahir, tanpa diduga-duga oleh ibu bayi tersebut (ini salah satu dari keanehan-keanehan tersebut).

Ada pun tiap calon tersebut semuanya melalui proses eliminasi, melalui pemantauan dan menerima ujian-ujian. Sehingga, tetap berlaku dengan ada yang lulus dan lanjut untuk tetap menjadi calon, tapi ada pula yang ditinggalkan karena selalu tidak lulus (terlalu banyak kesalahan dan bahkan ada yang fatal).

Jumlah Waliullah itu selalu tetap sepanjang masa. Ketika ada yang pensiun atau ada yang dipecat, maka penggantinya sudah tersedia dan siap dilantik. Setiap manusia pun berhak dan bisa menjadi Waliullah, yang penting dia sanggup memasukkan dirinya dalam kategori yang diinginkan oleh Allah SWT.
(Wallahu A’lam Bis-Shawabi)

SYAHRIR AR
GOWA, NOVEMBER 2020

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *